oleh iwan setiawan
di muat majalah garuda
FILM
Seperti Indiana Jones, Mas Boy juga perlu diregenerasi. Lewat film Catatan Harian Si Boy, Satrio siap menjadi idola baru remaja.
Berawal dari sandiwara radio, Catatan Si Boy adalah salah satu film remaja tersukses di Indonesia. Sebagai mahasiswa yang digambarkan beriman, baik hati, serta kaya raya, sosok Boy yang dimainkan Onky Alexander melesat jadi idola remaja saat itu. Walau harus diakui, tak semua orang menyukainya. Karakter Boy dianggap kelewat sempurna, sekaligus kontradiktif: anak muda yang rajin beribadah, namun di sisi yang lain gemar bergonta-ganti pacar dan dugem. Terlepas dari cacian, di tangan sutradara (alm.) Nasri Cheppy, Catatan Si Boy meraup sukses besar hingga sempat dibuat empat seri. Karya emas ini juga melambungkan sejumlah aktor dan aktrisnya jadi bintang, sebut saja Meriam Belina, Didi Petet, serta Dede Yusuf.
Setelah dua dekade, sutradara Putrama Tuta menggarap film bertajuk Catatan Harian Si Boy. Nama-nama lawas masih ditampilkan, seperti Didi Petet, Onky Alexander, dan Btari Karlinda, namun Tuta lebih memilih bintang belia sebagai tokoh sentral, seperti Ario Bayu dan Carissa Putri. Tujuan peracikan ini sederhana: melayani penonton senior yang kangen dengan tokoh-tokoh dari Catatan Si Boy, sekaligus menghibur penonton remaja yang lebih akrab dengan wajah-wajah seusia mereka.
Untuk urusan cerita, Catatan Harian Si Boy tidak bersandar pada sandiwara radio, melainkan sepenuhnya menggunakan naskah baru yang ditulis oleh duet Priesnanda Dwisatria dan Ilya Sigma. Cerita dimulai oleh Natasha yang diminta ibunya yang sedang sakit keras untuk menyerahkan sebuah buku harian kepada pemiliknya—Si Boy (Onky Alexander). Di tengah perjalanan, ia bertemu pembalap jalanan bernama Satrio. Tertarik pada Natasha, ia lalu membantunya mencari si pemilik buku harian. Namun, di tengah perjalanan, kisah cinta segitiga berkembang dan melibatkan laga kebut-kebutan di jalan raya. Film ini menampilkan drama cinta dengan tempo cepat, dialog penuh emosi, dan aksi jalanan yang seru.
Tuta mengatakan tokoh utama dalam film (Satrio) berbeda dari tokoh Boy di masa lalu. Ia memiliki jiwa pemberontak, sosok ”bad boy” yang saat ini lebih laris ketimbang pria parlente yang senantiasa tampil manis. Dan seperti Si Boy, ia menggemari mobil mewah, namun suara dan tampilannya lebih galak. Satrio diperankan oleh Ario Bayu yang sebelumnya bermain di Laskar Pelangi, Pintu Terlarang, dan Darah Garuda.
Dalam banyak aspek, keinginan Tuta melepaskan filmnya dari bayang-bayang Catatan Si Boy cukup berhasil. Ia mampu menciptakan sosok anak muda ideal dalam konteks kontemporer, di mana prestasi, kesetiaka-wanan, kesetiaan pada pasangan, dan wajah scruffy dipandang lebih penting. Dan Tuta juga sudah menegaskan Catatan Harian Si Boy bukanlah remake maupun sekuel dari Catatan Si Boy. ”Melalui buku diari milik Boy, saya ingin mengungkapkan betapa Satrio merupakan regenerasi dari Boy, namun dengan sentuhan yang berbeda,“ jelasnya
Film ini bagus, dah nonton pengen nonton lagi ^,^
BalasHapus