Senin, 01 April 2013

kafe kok jual jamu


Kedai Jamu dan Kopi : Suwe Ora Jamu
Menu From the Past For Today People.
 Minuman berkhasiat dari masa lalu, Inetrior berwarna alam dan musik tahun 80an.
Suwe Ora Jamu, ungkapan dari bahasa Jawa yang secara bebas bisa diartikan lama tidak bertemu. Namun kata  ‘Jamu’ juga merupakan sejenis minuman yang berkhasiat untuk mengobati penyakit tertentu atau sekedar menyehatkan. Dibuat dari berbagai jenis tanaman dan telah diwariskan secara turun temurun selama berabad-abad-abad. Dengan demikian, Suwe Ora jamu adalah tempat yang tepat jika ingin bertemu teman, untuk sekedar bercengkrama melepas lelah dari penatnya ibukota. Karena minuman yang menyehatkan,bahkan dipercaya juga mengobati penyakit tertentu bakal siap tersaji. Seperti Jamu sehat Pria, Wanita hingga anak-anak, pegal-pegal, masuk angin hingga batuk.
Ketika JakartaGlobe berkunjung, hari sedang turun hujan. Bermaksud menghangatkan diri dan tidak mau terlalu kenyang, langsung memasan bubur kacang hijau. Hangatnya cukup untuk mengusir dingin dibadan lantaran sempat terkena hujan. Rasa manisnya tidak terlalu menyengat dipadu dengan gurihnya santan. Sambil menghirup, saya sempat tersenyum sendiri karena piring yang digunakan sebagai dasar mangkok adalah sebuah piring kaleng , serupa dengan yang pernah saya pakai sewaktu masih kecil, tinggal di Tangerang.
Sejumlah barang-barang bernuansa masa lalu memang cukup mendominasi. Selain dipakai untuk menyajikan makanan juga sepeda tua di bagian depan dan sebuah lemari kayu berisi peralatan rumah tangga masa lalu, seperti gelas, teko dan rantang makanan. Di Meja kasir juga diletakan sebuah mainan masa lalu yang cukup menghibur sambil menanti kasir menghitung tagihan.Oh, ya…sejumlah toples yang digunakan untuk menyajikan jamu dan kopi serta bahan-bahan untuk membuat jamu juga bernuansa masa lalu.
Kesan masa lalu makin menguat dengan iringan musik tahun 80an, seperti Debby Gibson, Natasha Bedingfield hingga Pet  Shop Boys.
Barang-barang masa lalu tersebut berpadu dalam interior ruangan yang didominasi warna-warna alamiah, seperti tembok yang disengaja memperlihatkan merahnya baru bata, meja-meja kayu dengan urat alami dari kayu tersebut sangat menyejukan.
Selesai menghabiskan bubur kacang hijau, Uwi Mathovani, pemilik Suwe Ora Jamu menamni dan menawarkan saya untuk mencoba Jamu Ginseng Prakoso. Tak lama kemudian datanglah sebuah gelas  jamu berukuran sedang, segelas air putih dan saru lagi gelas yang berisikan air berwarna agak kuning. Walau tidak ada aturan yang mengikat, biasanya saya meminum jamu dalam sekali teguk, yang langsung disambung dengan pamanis dan ditutup dengan air putih.
Jamu memang memiliki rasa yang pahit, bahkan cenderung getir. Oleh karena itu diperlukan pemanis untuk memberi kesegaran.
“Awalnya kami ragu karena jamu memang memiliki rasa yang pahit. Namun beberapa waktu lalu pernah ada sekelompok anak muda  pengendara scooter mampi r dan sengaja mencoba jamu.  Mereka malah senang, bahkan  menjadikan rasa pahit tersebut sebagai tantanga satu sama lain.” Tutur Uwi.
Selain menyajikan jamu yang secara rasa dan ramuan dipertahankan dari resep aslinya, Suwe ora jamu juga menyajikan sejumlah jamu lain yang lebih bersahabat, seperti  Green Tamarind ( campuran jus sayuran hijau dan kunyit asam ), Bloody Tamarind ( campuran jus Buah Beet segar dan kunyit asam ), Pure Vera ( campuran sari alang-alang dan lidah buaya ) dan Pretty Red Rosella ( campuran sari bunga Ronersella dan buah leci ). 
Uuntuk racikan jamu, menyadari Uwi sebagai Graphic designer, ia mempercayai pada produk jamu  Iboe yang dibuat di Surabaya. “Saya telah datang ke pabriknya dan jamu ini masih terbuat dari daun-daunan serta tanaman segar”.
Uat anda yang bukan pecinta jamu, namun ingin menikmati ambience dan musik di kafe ini, bbisa memesan kopi. Suwe Ora Jamu menyiapkan kopi dari aceh dan kopi aroma yang telah cukup dikenal sebagai merk kopi legendaries asal Bandung.
Selain jamu Minuman herbal dan kopi,   Suwe Ora Jamu juga menyediakan sejumlah makanan yang ringan, seperti pisang goring dan roti bakar.Kalau mau yang  mampu mengenyangkan tersedia nasi goreng dan nasi bakar.
Tanpa terasa, hampir dua jam saya telah berada di kafe yang terletak di jl Petogogan 28 ini. Mulai dari kacang hijau yang menghangatkan, jamu yang menyehatkan hingga meniuman yang menyegarkan, telah masuk saya cicipi.
Kedai Jamu dan Kopi Suwe Ora Jamu bagai sebuah mesin waktu berukuran kecil yang mampu membawa pengunjungnya ke masa lalu, baik dengan penataan interior maupun minuman dan makanan yang disajikan. Pertumbuhan ekonomi boleh melaju pesat, begitu juga dengan kemajuan teknologi yang makin menggila. Namun sesekali manusia perlu berhenti sejenak,  menikmati dan memaknai kembali tradisi dari masa lalu.  Menyadari diri punya akar. Hingga tidak terhempas dalam kerasnya angin perubahan.


Senin, 18 Februari 2013

i'm Back !

ah, setelah lama saya tinggalkan, akhirnya saya  berknjung lagi  ke blog ini. Terlalu  lama ditinggalkan, terlalu banyak yang ingin dituliskan,-walau aku tahu tak banyak yang bakal membaca. hehehe...

Namun untuk kali ini saya mau membahas yang sekarang memang sedang berkelebatan di kepala saya, yaitu soal bagaimana TV menyajikan politik, baik dalam bentuk berita ataupun sajian bincang-bincang.

Mengapa hal ini membuat saya begitu gregetan ?

pertama, TV adalah media yang dengan segala kesaktiannya telah menjadi ruang publik. Pada TV lah masyarakat saling "bertemu' bersapa dan ngobrol .  Suka atau tidak, TV juga jelas media yang membawa sajian informasi ke ruang-ruang setiap orang. Dari soal lokasi di mana makanan yang enak, hingga di mana ada hantu. Termasuk berita politik.

Saya termasuk orang yang telah lama secara rajin mengikuti issue politik apa saja. Hal yang menarik buat saya dari politik adalah, karena proses dan hasilnya senantiasa melibatkan banyak pihak dan berdampak luas. kalau saja saya bisa mempelaari dan ikut ;'berpartisipasi', mungkin bisa memberi hal yang saya punya. Makanya saya rajin mengikuti dan sesekali ikut menimpali.

Namun belakangan ini, sudah menjadi makin memuakan. Seorang teman, saya setuju, menonton TV saat itu sudah mrip dengan perilaku sadis. Menyeenangi diri sendiri disakiti.

Bagaimana tidak. Setiap tayang, hanya menyajikan keributan dan menebar pesimis yang seolah-olah negri kita bagai toko yang bakal bangkrut besok.Sejumlah orang yang katanya pemimpin, ditampilkan dengan gaya bicara yang sangat tidak bisa diterima akal sehat orang yang paling sederhana sekalipun. Dan lagi-lagi kita dipkasa percaya bahwa orang-orang itulah yang menjalankan negri ini.

Untunglah pergaulan saya tidak melulu dunia TV.  Pertemanan saya dengan banyak pihak  di alam nyata, memperlihatkan justru keseharian jauuuuuh lebih baik dari apa yang ditampilkan TV.

di alam nyata, kita temui Indonesiamasih rukun, sejahtera dan pemimpin kita pun orang-orang yang rajin bekerja untuk rakyat. Masih ada. Ga percaya ?

Matikan TV anda, dan mulai bertandang ke tetangga....ke RT dan RW anda. Mereka setidaknya asih punya harapan terhadap negri ini. Bukan seperti mereka yang muncul di TV.

sementara ini dulu ya.
  terima kasih