Jumat, 31 Agustus 2012

Symphaty untuk mereka yang tidak mampu menyembuhkan diri sendiri

Symphathy for Delicious


Ingin pengalaman menonton film yang beda dari biasa ? Sekali-kali jangan cari film yang memang New release atau dianggap laris karena banyak penontonnya. Coba lah menonton film yang,"Judulnya lucu"... atau"Ha?si anu jadi sutradara ?bukannya dia bintang film ? kayak apa, ya ?" dan banyak alasan lainnya.

Baru-baru ini, saya menyewa,-(ya menyewa! ) film berjudl Symphathy for Delicious.Alasannya ?ya seperti saya sebut diatas, judulnya lucu dan yang menyutradarai Mar Rufalo,-yang selama ini saya tahunya dia membintangi sejumlah film., seperti  (Kids are allright, Rumor has it). Ternyata, Symphaty ini memang debutnya dalam menyutradarai. Kayak apa ya filmnya ?apalagi di cover DVD tertulis film ini memenangkan Penghargaan special Jury pada Sundance Film Festival.

Film dibuka dengan aksi penyembuhan yang kerap dipertunjukan dalam ibadah  agama. tertentu. Dean O'  Dwyer seorang DJ yang datang menggunakan kursi roda lantaran kakinya tak lagi berfungsi akibat kecelakaan, hadir dengan harapan dapat disembuhkan. Namun ternyata ia tidak'terpilih'. ia pun pulang dengan gundah.

Ditengah jalan ia bertemu dengan seorang gelandangan yang sedang sakit. Karena terus memanggilnya, Dean pun menghampiri dan mengusap kepala gelandangan tersebut. Lalu meninggalkannya. Keesokan harinya, gelandangan tersebut mencari-cari Dean, karena ia mendadak sembuh. "Kamu telah menyebuhkan saya !"

Awalnya Dean tidak percaya dengan kemampuannya. Namun setelah melalui bimbingan Father Joe, ia pun mulai mempercayai. Satu persatu gelandangan yang selama ini memang diasuh oleh Father Joe, disembuhkan oleh Dean.Masalahnya, Dean tidak mampu menyembuhkan ddirinya sendiri dari kelumpuhan.

Dalam hati saya berpikir, jika saya sebagai Dean, apa ya rasanya ?ia mampu menyebuhkan siapa saja dari penyakit apa saja, namun ia tetap lumpuh dan menggelandang. Maklum, Father Joe tidak memperbolehkan Dean mengambil uang dari kemampuannya menyembuhkan >"Kamu tidak bisa mengambil uang dari berkah Tuhan.Adalah Tuhan yang menyembuhkan" kata Father Joe.

Frustasi dengan yang ia hadapi, akhirnya ia meninggalkan pusat penyembuhan gelandangan tersebut. Ia bergabung dengan sebuah grup musik Rock dan tampil 'menyembuhkan' penonton pada sela-sela konser. Semakin lama, Dean justru makin dinantikan ketimbang musik Rock itu sendiri.

Hingga suatu ketika, salah satu personil Band tersebut roboh ditengah berlangsungnya konser. Dean yang saat itu sedang 'praktek', berusaha menyembuhkan.Namun terlambat.Ia telah meninggal.

Dean pun diadili dengan tuduhan membohongi publik dengan kemampuannya menyebuhkan ditambah lagi dianggap penyebab kematian dari musisi yang robioh di panggung. "Seharusnya anda menyerahkan pada dokter, sehingga tidak terlanbat dan mengakibatkan kematian.Namun anda malah pura-pura mengobati dan berujung kematian" desak Jaksa di pengadilan.

Father Joe yang dihadirkan sebagai saksi, sebetulnya menjadi harapan Dean untuk terbebas. Namun ketika ditanya, apakah benar Dean mampu enyembuhkan, Father Joe menjawab<"Adalah tuhan yang mampu".

Ironis,tragis sekaligus miris. Bagaimana kehidupan seseorang bisa turun, naik bahkan terjungkir hingga berakhir di penjara/ Akhir ? sebetulnya film ini belum berakhir ketika Dean di penjara.

Keunggulan dari film ini adalah kemampuan menggulirkan sebuah cerita yang menarik, unik sekaligus menggugah. Walau berlatyar belakang agama tertentu, namun banyak nilai-nilai yang sebut saja 'universal'.Permainan akting Mark Rufalo sebagai father Joe, dengan tetap kalem ia berhasil menunjukan ekspresi emosi kemarahan, kegembiraan dan ambiguitas dalam dirinya,-ketika godaan 'menggunakan dean' untuk kebutuhannya sebagai Father terus datang.

Christhoper Thorton, yang sepanjang film nyaris bermain berkursi roda sesekali mampu memancing senyum dengan komentar sinis terhadap 'nasib' yang menimpa dirinya, sekaligus mengundang symphathy lantaran mampu menyembuhkan siapa saja kecuali diri sendiri. kalaupun ada catatan, lebih pada wardrobe dan make up, yang entah kenapa tetap menampilkan Dean tampak kumuh, bahkan ketika sudah bergabung dengan grup Rock yang memperkaya dirinya.

ending film ini ditutup dengan manis. Dean, berjalan dengan kursi rodanya di sepanjang jalan sepi, dengan iringan lagu,"i Started a Joke-Bee Gees'...I started to cry, which started the whole world laughing,
Oh, if I'd only seen that the joke was on me....

...entah apa yang membuat saya tersenyum sekaligus mendadak memiliki antusias untuk berbagi dengan menulis lagi. semoga bermanfaat dan terima kasih D, yang telah membuat saya kemabli antusias menulis ;p